Padi Biosalin Jadi Varietas Alternatif bagi Petani di Daerah Pesisir
Masyarakat di daerah pesisir pada umumnya berprofesi sebagai nelayan yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya laut, namun tidak menutup kemungkinan adanya kelompok masyarakat yang memilih bergantung pada sektor pertanian, khususnya tanaman padi. Namun lahan sawah dekat garis pantai sangat berpotensi tercemar intrusi air laut yang menyebabkan tingginya kadar garam pada lahan hingga mencapai batas toleransi padi.
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa tingginya kadar garam (salinitas) pada lahan sawah dapat menghambat pertumbuhan batang, luas daun, dan akar akibat kekurangan unsur hara dan keracunan ion yang tentu berdampak pada turunnya produksi padi. Salah satu upaya mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan varietas padi yang toleran terhadap salinitas, yakni padi biosalin.
Biosalin merupakan varietas unggul yang toleran terhadap salinitas. Varietas dengan nama lengkap Biosalin 1 Agritan dan Biosalin 2 Agritan ini dirilis oleh Kementerian Pertanian berdasarkan Surat Keputusan Nomor 894 dan Nomor 895 Tahun 2020. Selain toleran terhadap salinitas, biosalin juga agak tahan terhadap hama wereng batang cokelat, penyakit hawar daun bakteri, dan hama blas. Sementara potensi hasilnya mencapai 8,75 ton/hektar untuk biosalin 1 dan 9,06 ton/hektar untuk biosalin 2.
Kelebihan yang dimiliki biosalin menyebabkan petani di daerah pesisir mulai memanfaatkan varietas unggul ini. Salah satunya Azhari, petani dari Kelompok Tani Jayasakti Makmur 2, Desa Jayasakti, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Azhari mengaku, lahan sawah yang berdekatan dengan pantai laut utara menyebabkan air dan tanah di sawah mereka terasa asin sehingga pertumbuhan padi kurang maksimal. Tapi setelah pihaknya menerapkan padi biosalin yang diperoleh dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BBPSI Biogen) di Bogor, beberapa permasalahan petani mulai teratasi, salah satunya masalah produktivitas.
“Alhamdulillah panen kemarin dalam satu hektar kita dapat tujuh ton kurang lima kilogram. Petani di sini merasa cocok dengan biosalin dan selanjutnya kita berencana untuk menanam di lahan 25 hektar. Lahannya sudah kita sediakan,” ujar Azhari saat ditemui pada akhir September 2023 lalu.
Terkait pemasaran, Azhari pun menilai tidak menemukan kendala karena karakter padi biosalin menyerupai padi ciherang yang sudah lama digunakan oleh masyarakat. “Bentuk nasinya panjang dan gemuk seperti ciherang jadi orang sini suka. Saya sudah menawarkan pada pedagang di sini dan nilai jualnya cukup tinggi, malah para pembeli Alhamdulillah berebut cari ke saya,’ kata Azhari.
“Karena minat masyarakat di sini pun tinggi, insyaAllah kami pun siap untuk mengembangkan biosalin dan saya akan terus memberi motivasi kepada petani-petani lain untuk menggunakan varietas ini” pungkas Azhari. (AB)